For Those Who Stays


Assalamu'alaikum,
Sebelum baca lebih lanjut....
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1437 HIJRIYAH!

Semoga amal ibadah selama Ramadhan kemarin jadi refleksi kita untuk jadi lebih baik lagi, dan dipertemukan dengan Ramadhan selanjutnya.

Ngomongin persahabatan, semalam pulang kerja saya ketemuan dengan sahabat dari masih kecil. Agak somplak memang karena sempat terjadi miskomunikasi, tapi toh akhirnya kami ketawa-tawa terus sampai pulang. Kami ngobrol panjang lebar: dari love life yang hampir sama persis (bahkan pacar kami berdua punya sifat yang mirip, curiga kembar terpisah!), pekerjaan baru, sampai ngomongin kado buat sahabat kami yang akan melahirkan. Ngobrol random pun nggak ketinggalan sambil menikmati es krim mochi favorit. Boro-boro foto, update status aja nggak sempat saking serunya. But still, we had our quality time.

Kalau dihitung, jujur jumlah sahabat saya nggak banyak, bahkan nggak bisa disebut geng - atau lebih kekiniannya, squad yang bisa kumpul tiap saat dengan circle yang sama. Ada yang tetanggaan dari jaman precil, ada juga yang ketemu di sekolah dan luar sekolah, pun ada yang ketemunya di kantor dan komunitas. Mereka-mereka ini yang tau baik sisi kalem maupun sisi 'gila'nya saya kalo udah ngayal. Hangout cantik pun jarang, tapi sekalinya ketemu (satu-satu maupun sekaligus), we had a great time dan dampaknya jadi panjang selama sisa hari: moodnya bagus terus! Dari sekedar ketawa-ketiwi sampe kenyang, sampe terinspirasi untuk melakukan satu-dua hal.

Memang sih, nggak semuanya bisa main cablak dan nggak selalu kena tag atau muncul di postingan media sosial mereka, tapi waktu yang dihabiskan bareng-bareng sahabat dan dampak setelah ketemu atau curhat menurut saya jauh lebih berarti. Tapi di sisi lain jadi sering penasaran, apakah perasaan ini mutual dengan yang dirasakan sahabat-sahabat saya? Apakah mereka memang orang-orang terpilih untuk meramaikan dan memberi makna dalam hidup saya, dan vise versa?

Untuk sebagian orang, nyatanya tidak.

Some friendships fade away easily. Bisa karena prioritas, kesibukan, pindah tempat, atau perbedaan nilai-nilai hidup yang dipahami. Sakit sih untuk melepas, tapi minimal silaturahminya tetep dijaga dengan baik. Kalau awalnya baik, 'ending'nya juga harus baik daripada digantungin nggak jelas, ya kaaan?

Tersakiti, jelas pernah, bahkan suliit banget untuk memaafkan (Tipikal Pisces introvert banget ini: sekali disakitin, maafinnya susah setengah hidup.). Namun daripada bersikap kayak anak kecil, jaga jarak pun cukup. Mungkin nggak akan saling memberi peran dalam kehidupan masing-masing, tapi tahu kabarnya baik-baik aja ya, alhamdulillah selama nggak mengganggu kehidupan saya.

Toh pada akhirnya, hanya waktu dan kualitas yang memberi tahu siapa sahabat yang sebenarnya, untuk berapa lama, dan apa yang dia tinggalkan untuk kita. Kalau itu hal-hal baik, amalkan ke orang lain. Kalau sebaliknya, semoga ada hikmah yang bisa kita ambil.

Jadi buat kalian yang masih punya sahabat, cherish it. Kalau belum ada, let's try to be a best friend for anyone who needs it the most.

So for those who've been stayed after all this time, I thank you.

Regards, Ratri

11 komentar:

  1. Pasti ada perpisahan suatu saat, tapi seperti kata kamu ending-nya harus baik. Jd ya sebenernya tetep sahabat, hanya saja ngga bisa seintens dulu.

    Aku juga punya beberapa sahabat, yang sampai skrg masi konek tapi emang hrs terima kalau jarak itu berperan banget. Ya, mau nggak mau, komunikasi nggak seperti dulu ya masih saling care. Oh iya, sahabat-sahabat aku itu juga bukan satu geng. Mereka orang2 yg secara berkala bergantian mengisi jalan hidupku.

    Thank you atas tulisannya, Ratri. ;)

    BalasHapus
  2. Pernah punya sahabat yang nempel kemana-mana bareng jaman smp. jaman baheula banget kak, tapi bubar gara-gara cewe :)) kebayang ga sih, cowo punya sahabat deket cowo itu jarang sih kalo menurut aku, makanya pas punya temen dueket kaya gini terus kelar gara-gara cewe rasanya, payah banget.

    sampe skrg belom nemu lagi temen yang bisa dibilang sahabat kaya jaman smp dulu :))


    btw kak ratri hebat bgt, blognya masih aktif aja euy.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sabar yaa Panduu...memang kalo udah deket lalu jauh belom ada yang bisa gantiin, but hey, sahabat nggak cuma dia kan? hehe.
      Ayo dong aktif ngeblog lagiii

      Hapus
  3. Jadi inget sahabat-sahabat saya di kampus :'D
    Pernah kejadian sih, saya sotoy, sok sok ngambek nggak mau ngomong, diajak keluar gak mau, apa-apa gak mau, tapi lama2 terasa juga kan kosongnya tanpa mereka. Tapi justru krn kejadian itu sih, saya tambah sayang sama mereka hwahaha

    http://ekhahidayy.blogspot.co.id/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awww...lucky you! Semoga persahabatannya tetep dijaga yaa!

      Hapus
  4. Jadi inget, dulu waktu SMP punya sahabat dan sama anak" lain kita dinamain geng chidori gara-gara kita suka niruin kelakuan Naruto, miss that momment, sekarang mereka udah sibuk masing-masing susah ketemunya

    BalasHapus
  5. Bersahabat itu tidak selalu bersama setiap waktu ya, yang terpenting adalah mereka para sahabat selalu dekat di hati :)

    BalasHapus
  6. Saya malah takut saya nya yang nggak bisa jadi 'sahabat tetap' buat sahabat-sahabat saya :'(

    Doakan ya (?)

    BalasHapus
  7. kadang yang buat gue bersyukur sampai saat ini adalah, punya sahabat2 sepenting ini rat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yes indeed, Non. buk kapan mau rumpi lagi? ahaha

      Hapus

Komentar boleh, nyampah gak jelas jangan ya :D