Stereotype dan Hidup Berkomunitas

Assalamu'alaikum,

Sebelum keburu baper karena topiknya cukup sensitif, mohon maaf yaa kalau ada yang tersinggung dengan isi post ini.

Waktu interview kerja, calon bos saya saat itu sempat menanyakan hal ini:
B: Kamu ada masalah nggak dengan agama atau ras?
S: Nggak, mbak.
B: Kalo gay, lesbian...kamu ada masalah?
Saya sempat terdiam, namun akhirnya saya menjawab tidak ada masalah.

Mungkin temen-temen akan bertanya-tanya kenapa saya jawab begitu, terutama terkait dua kategori terakhir. Apalagi, masyarakat saat ini mulai terbagi-bagi, kayak fraksi-fraksi dalam buku dan film Divergent. Ada yang beda sedikit atau membela suatu komunitas selain sesamanya atau nggak ngebela sama sekali, dianggap 'divergent' dan jadi kambing hitam karena dianggap cuek sama komunitasnya sendiri. Apalagi kalo didalangi oleh politik, makin banyak yang terprovokasi sampai mengatakan ini itu salah, padahal bisa aja kenyataannya belum tentu demikian.
Singkatnya, Pardon my words, but...

BHINNEKA TUNGGAL IKA MY FOOT!

Menghadapi isu begini di masa darah muda masih bergejolak, begini alasan di balik jawaban saya:

1. Karena saya sudah terbiasa dengan keberagaman. Ya ras, suku, agama, bahkan mahzab. Saya ketemu dan berteman dengan banyak orang yang latar belakangnya masuk stereotype orang-orang doyan nyinyir, tapi kebanyakan mereka nggak seperti yang dipikirkan.

Contoh kecilnya, ayah saya rambutnya gondrong nggak kayak bapak-bapak kebanyakan, sering nongkrong sama seniman dan sekarang lebih sering kerja dari rumah. Tapi beliau tetap figur kepala keluarga dan bisa bermasyarakat dengan berbagai komunitas diluar kesenian.

Kalo soal perbedaan mahzab, sebisa mungkin saya belajar untuk memahami dulu, daripada asal nyinyir sedangkan ilmu saya pun masih belum fasih. Kecuali kalo nadanya udah nyinyir bin menggurui, baru saya terusik dan memilih untuk mengambil sikap cukup tau.

2. Kita nggak hanya hidup dengan satu kaum atau komunitas. Dari jaman kuliah, saya mulai tau dan kenal orang yang kena stereotype yang lebih luas. Awalnya saya ngerasa, 'ih, kok gitu?' Tapi lama-lama saya terbiasa dan lagi, ada hubungan baik antara kami. Selektif boleh aja, tapi bukan berarti nganggep yang lain marjinal. Saya menganggap komunitas LGBT, peranakan, radikal, illuminati itu ada. Mereka punya hak yang sama kok sebagai manusia dan bagian dari sebuah masyarakat. Kenyataannya, temenan sama mereka seru kok, malah pandangan kita jadi lebih terbuka walau nggak harus sampai terpengaruh.

Kuncinya dua: punya prinsip diri yang kuat dan sama-sama menghormati paham mereka. Sisanya IMHO terserah mereka dan kita nggak perlu ikut campur terlalu jauh. Okelah kita punya kewajiban untuk saling ngingetin kalo ada yang salah, tapi bukan berarti caranya harus memojokkan mereka juga. Emang mau dipojokin balik?
Pikir lagi.

Look beyond.
Nggak semua anggota komunitas atau penganut lifestyle tertentu seekstrim kelihatannya di kehidupan nyata.

Coba deh nerima kenyataan kalo kita hidup berkomunitas satu sama lain, regardless their backgrounds and not putting them into "fractions" called stereotypes. Ngebelain boleh, tapi berlebihan nggak ada gunanya juga.

Karena pada akhirnya, di balik wujud dan sifat yang beda-beda kita nggak lebih dari susunan tengkorak di liang kubur.

Regards, Ratri





4 komentar:

  1. Iyah aku setuju kalau tidak udah memojokkan mereka, tp untuk melegalkan kaum LGBT itu juga sepertinya engga bagus mbak ratri. Menurut saya, itu seperti menghalalkan apa yang seharusnya itu adalah haram.
    Tapi kalau masalah begini sih emang relatif yah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. True,true. tapi kenyataannya keberadaan mereka saat ini udah nggak bisa dianggep marjinal, lho. tanpa harus dilegalkan pun mereka udah makin banyak, makanya kudu hati-hati banget, ngerii

      Hapus
  2. Ya Allah lindungi bangsa kita ini, aku baru dikasih tahu juga ada acara take me out cowok ambil cowok. Dan ada adegan kissingan :( *miris. Acara tersebut di Thailand. Ya Allah rupanya sudah mendekati akhir zaman *takut

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya Allah segitu parahnya yaaa :( di luar sana pun anak-anak masih SD SMP udah nunjukkin bangganya secara berlebihan kalo mereka termasuk kaum tersebut. Semoga iman kita makin teguh yaa

      Hapus

Komentar boleh, nyampah gak jelas jangan ya :D