![]() |
Kami, kembang api dan banyak photobombing :p |
Assalamu'alaikum,
Gara-gara melipir ke blognya Kak Puput, tips "writers' block"nya langsung dipraktekin, aaand it works! Thanks, kak :D (anyone feel the same way?).
Tahun baru kemarin nggak berbeda jauh sama yang sebelum-sebelumnya alias begadang sama sahabat-sahabat tercinta. The only--two, actually-- different things are : ada orang tambahan dan ngerayainnya di luar rumah alias tempat termainstream buat orang-orang se-Indonesia: mall!
Lantaran kami bertiga : Tasha, Tari dan saya, anak-anak rumahan yang lebih doyan nongkrong di rumah ketimbang di mall (wong tinggal jalan semenit nyampe kok, hehe), awalnya sudah merencanakan malam tahun baruan dengan ngobrol-ngobrol seru di rumah mereka sambil wefie. Tetiba waktu saya baru pulang dari kantor (iya, tanggal 31 saya masih ngantor) Tari ngajak saya malam tahun baruan ke Bintaro XChange, sekalian jadi nyamuknya Tasha dan Yuki, pacarnya. Untung jaraknya dekat dari rumah dan saya belom capek-capek banget, alhasil tanpa pikir panjang saya mengiyakan.
Sampai di sana, kami berempat sibuk nyari tempat yang strategis tapi tetap bisa menikmati suasana acara yang diadain di taman mall. Dan ketika tahun berganti, kami terpana ngeliat kembang api di mana-mana, sejauh mata memandang *halah*. It was beautiful, indeed, tapi setelah itu kemeriahan berganti dengan macet-macetan. Kami sengaja menunggu lalu lintas agak sepi supaya nggak perlu misuh-misuh di tengah kemacetan pasca tahun baru.
Besoknya, postingan tradisi tahun baru bertebaran di mana-mana: ada yang sama kayak saya, bakar-bakaran, ada juga yang lebih memilih nggak ngapa-ngapain di rumah, ada yang punya tradisi sendiri bareng keluarganya, bahkan ada yang ikut pengajian akbar sekalian muhasabah. Nah, tradisi yang terakhir ini cukup nge-jleb buat saya, melihat refleksi setahun kebelakang yang rasanya masih ada yang 'kosong'. Sempet kepikiran, semoga masih dikasih umur sama Allah untuk merayakan pergantian tahun dengan cara seperti itu. Apalagi masih ada yang memperdebatkan sah-nggaknya ngelakuin tradisi tahun baru dan masing-masing pihak ada benarnya. Mbuhlah, mau debat kusir semalem suntuk tahunnya udah ganti, hehe.
Namun buat saya, gimanapun juga cara kita merayakan pergantian tahun patut disyukuri, dalam arti pada momen itu kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan bersama dengan orang yang kita sayangi. Baik merayakan secara besar-besaran atau dalam diam, hanya Tuhan yang tahu rasa syukur itu.
Happy 2015!
Regards, Ratri
Hi Ratri.. alhamdulillah seneng tipsku ternyata berguna hihi. semogaa di tahun 2015 dan tahun-tahun berikutnya kita selalu dalam lindungan Allah dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi ya... :) have a great day!
BalasHapuswaalaikumsalam
BalasHapuskeren nih klo writer bloknya bisa ilang dan bisa nulis lagi. klo mnrut gue sih, itu smcam pikiran kita aja. klo mnrut gue sih. hee
enak yak, bisa ngerayain bareng temen''. terlebih jadi nyamuk di malam tahun baru. pasti sesuatu banget tuh. hahah
slam kenal, mbak.
Kita di China sini Natal dan Tahun Baru ga libur, jadi pas malem Tahun Baru kita kumpul di kamar asrama salah seorang sahabat terus ngerjain PR bareng sambil ngobrol. Begitu jam 12 TENG, langsung banjur salah seorang temen kita yg ulang tahunnya tanggal 1 Januari (apes amat ya, ultahnya bentrok ma taun baru...)
BalasHapusAbis itu, acara dilanjut dengan ngepel bareng bareng...sederhana, tapi berkesan. Jadi yg penting, gua rasa, bukan eventnya apa, tapi saat itu kita bersama siapa =)
bener banget Keven :D, jujur justru pengalamanmu lebih meaningful daripada ikutan hura-hura tapi dalam hati masih ada yang kerasa 'kosong'.
Hapus