Kamar Raras yang
biasanya bersih dan rapi kini dipenuhi bangau kertas warna-warni ketika Aruni
tiba. Kalau saja ini bukan dunia fantasi, mungkin orang-orang yang memasuki
kamar Raras akan mengiranya sebagai siluman bangau kertas. Bagaimana tidak,
hari ini sudah delapan puluh delapan bangau kertas warna-warni berceceran di
ranjang, lantai, bahkan dekat lemari. Padahal Raras hampir tidak pernah
meninggalkan kamar seusai bachelorette
Rani dua hari lalu karena demam tinggi dan asmanya kambuh. Sekujur tubuhnya meriang
hingga sulit bergerak. Akan tetapi, Raras masih bisa menciptakan bangau-bangau
kertas selama ia terjaga dari tidurnya.
Walau tubuhnya
didera penyakit, masih sempat ia meminta Aruni, sahabatnya yang lain untuk
bertandang ke rumah demi membantunya melipat burung kertas tanpa mengetahui
tujuan sebenarnya. Tara dan Tisya pun demikian, kemarin datang membantunya.
Karena mereka berlima-- Raras, Aruni, Rani, Tara dan Tisya-- bersahabat sejak
kecil, bangau kertas adalah salah satu hal yang paling dekat dengan Raras. Dia
juga yang pertama kali mengajarkan mereka cara melipat dan menjadikannya salah
satu ritual favorit mereka, jadi Aruni
mahfum saat mengetahui permintaan mendadak sang sahabat. Pikir Aruni, mungkin
Raras ingin bernostalgia setelah sekian lama tidak melakukan hal kesukaannya
itu.
Di luar pintu
kamar, Aruni mengamati Raras melipat kertas bermotif bunga ceri menjadi bangau
yang cantik. Jari-jari Raras begitu lihai dan cekatan saat membentuk lipatan
demi lipatan hingga ada ketajaman yang tepat di setiap ujungnya. Kelelahan di matanya terlihat jelas, namun tidak sekalipun beralih hingga bangau kertas diletakkan di
pangkuannya. Ketika hendak mengambil secarik kertas putih, Aruni memanggilnya.
"Katanya
sakit, Ras?"
Menyadari
kehadiran Aruni di depan pintu, Raras memberikan isyarat agar Aruni duduk di
sebelahnya.
"Udah lama,
Ar?" tanya Raras dengan suara lemah.
"Lumayan.
Nostalgia masa kecil, nih, ceritanya?" goda Aruni, setengah-takjub melihat
hamparan bangau kertas di sekitarnya. Raras menggeleng, kemudian memberikan
bangau yang terakhir dilipatnya kepada Aruni.
"Coba buka,
deh. Terus baca." kata Raras singkat. Terlalu sibuk untuk memikirkan
alasannya, Aruni membukanya dengan hati-hati.
“Kita akan
terpisah untuk waktu yang sangat lama, tetapi akan selalu ada doa agar kamu
selalu bahagia.”
Lama ia terpaku membaca
sebaris pesan yang Raras tulis. Air hangat mengambang di kedua manik hitam
pekat Aruni, namun ia tak boleh mengedip di hadapan Raras, yang memandanginya
balik dengan sorot mata yang lemah, namun berusaha tersenyum.
"Dua hari
yang lalu, gue resmi keterima beasiswa di Le Cordon Bleu. Seneng sih, cuma gue
bimbang karena keberangkatannya pas hari-H."
"Wah,
selamat ya Ras..sampe kapan di sana?"
"Mungkin
nggak akan pulang, Ar. Setelah beasiswanya selesai, gue akan tinggal di sana
karena udah ada tawaran kerja."
Aruni kembali
memandang kalimat terakhir dalam pesan Raras dengan pandangan yang mulai buram oleh air mata.
"Ras...Rani pasti sedih banget kalo perpisahannya dengan lo disampein
lewat sini."
Raras hanya
menghela nafas dan memandang kosong bangau-bangau kertas lain. "Itulah kenapa gue sengaja bikin ini dengan bantuan
kalian. Suatu hari ada kalanya kita semua akan
berpisah, kan?"
Keduanya
tenggelam dalam hening. Aruni adalah orang terakhir setelah Tara dan Tisya yang
harus merahasiakan kepergian Raras ke New York, tepat di hari pernikahan Rani.
“Yuk Ar, daripada mata lo bengkak mending bantuin gue ngelipet. Tangan gue
pegel nih, bikinnya aja nonstop.” ajak Raras sambil mengelus-elus punggung
Aruni. Raras paling tidak tahan melihat sahabat-sahabatnya bersedih, terutama
Aruni. Kalau sudah begitu, Raras suka bercanda untuk mengembalikan keceriaan
mereka, walau seringkali garing.
“Serius, Ras? Pantesan kaki gue juga pegel nungguin lo, haha! Eiya, pulpennya
mana? Sini gue tulisin dulu..”
Jam-jam berikutnya dihabiskan Raras dan Aruni untuk menuliskan satu-dua
pesan kasih sayang untuk Rani, dan mengemasnya dalam bentuk bangau. Sesekali diselingi
tawa geli ketika masing-masing membacakan pesan yang baru ditulis dan yang
telah ditulis sebelumnya oleh si kembar. Sepanjang sore, Raras dan Aruni membayangkan
kebersamaan yang mereka—juga Tara dan Tisya—lalui dari masa balita hingga
sekarang, ketika Rani siap melepas masa lajangnya. Keduanya menyadari betul
bahwa pernikahan Rani adalah momen dimana mereka juga harus melepas masa kecil
dan melanjutkan hidup di jalur yang belum tentu sama. Sulit, memang. Tapi toh
akhirnya keseratus bangau kertas rampung
juga malam harinya setelah diselingi istirahat dan makan.
----
Dalam hitungan
menit, akad nikah akan segera dilaksanakan. Ayat-ayat suci dan sari tilawah yang dilantunkan kak Hafid dan kak Ola
berkumandang dari atas, terdengar sayup-sayup di telinganya. Kendatipun kedua
suara itu terdengar merdu dan menenangkan, dada Rani bergemuruh. Dengan sebaris ucapan ijab kabul, status Rani akan berubah dari
pacar menjadi istri bagi lelaki yang telah meminangnya beberapa bulan yang
lalu.
Di ruangan yang
berukuran agak luas itu, Rani mematut diri di depan cermin usai dirias. Rani nyaris tidak
mengenali dirinya dalam riasan tebal, kebaya putih gading, kain dan hijab yang
melengkapi kecantikan parasnya. Manglingi,
kalau kata Budhe Nuk, juru paes yang telah selesai merias wajahnya setengah jam
yang lalu. Kala ia sedang duduk seorang diri, Rani baru menyadari ada
sekeranjang penuh bangau-bangau kertas di sisi ranjang pengantin. Dibukanya
satu persatu bangau-bangau karya keempat sahabat karibnya dan membaca pesan
dari mereka. Semuanya bernada bahagia dan penuh canda tawa, sampai ia membuka
pesan terakhir dari Raras.
"Inget nggak, waktu kita ngomongin soal
perpisahan, berdua aja? Perpisahan yang artinya lebih dari pertemuan yang
semakin jarang. Mengingat hari ini, mungkin ini saatnya berpisah dengan masa kecil
kita untuk menyambut kehidupan baru kamu dan Agam. Dan aku. Bukannya aku nggak
mau lagi jadi sahabatmu, Ran, tapi hari ini aku pindah ke New York karena aku
keterima beasiswa di Le Cordon Bleu, jadi nanti aku pun akan menetap di sana.
Maaf kamu jadi orang terakhir yang tahu soal ini karena aku nggak mau kamu
sedih di hari bahagiamu.
Untuk menebusnya, ada seratus bangau kertas yang siap
gantiin aku untuk nganterin kamu ke gerbang kehidupan barumu. Ini tanda sayang
dari kami berempat supaya rumah tangga kalian selalu damai, langgeng, dan
selalu jadi inspirasi pasangan maupun para jomblo. Udah
jangan mbrebes mili, nanti make upnya luntur. (Yaiyalah kalo dengdongannya si
manten udah memble muke akik yang polos tanpa make up apa kabar? Haha! #abaikan)
Kado dari kami memang nggak seberapa
(tapi level “nggak seberapa”nya malah bikin pembuatnya nangis sentimentil
sambil ngelipet satu-satu, drama abis), but somehow it’s our way to celebrate
your new life and kiss our childhood goodbye by giving those paper cranes to
both of you.
Kita akan terpisah untuk waktu yang sangat lama,
tetapi akan selalu ada doa agar kamu selalu bahagia, seperti makna bangau
kertas yang kami lipat untukmu.
Love, Raras."
Diam-diam, Rani
menyeka air matanya yang mengambang
di pelupuk matanya yang sudah berat oleh riasan. Simbol
masa kecil dan persahabatannya dengan Raras, Aruni, Tara dan Tisya kini
menjelma harapan yang ditujukan kepadanya.
Rani tersenyum bahagia saat menyadari kehadiran mereka, secara fisik
maupun simbolis pada saat ia harus melepas
masa kecilnya-dan Raras.
Didekapnya
lipatan bangau kertas itu erat-erat, kemudian meletakkannya di ranjang ketika Tara dan
Tisya memanggilnya untuk segera ke aula masjid, tempat akad nikah dilaksanakan.
Ketika sang
pengantin berjalan meninggalkan kamar, tanpa sadar bangau-bangau kertas
berjatuhan dari ekor kerudung tulle-nya dan
mengiringi langkahnya ke luar...
Pinang 982
12.4.2014.
23.37 pm
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar boleh, nyampah gak jelas jangan ya :D