Bagi yang pernah baca beberapa post di blog ini, pasti tau bahwa salah satu mimpi terbesar saya adalah menjadi seorang ibu, apalagi ngeliat beberapa temen yang sekarang udah punya versi mininya. Selayang pandang, jadi ibu muda alias mahmud kayaknya seru, mulai dari drama selama hamil dan setelah melahirkan, "perang" ASI Eksklusif versus susu formula, galau milih clodi (cloth diapers) yang mahal tapi go green atau popok biasa, MPASI, kata pertama, kegiatan yang merangsang motorik anak, menyalurkan bakat mereka....wah, banyak banget. Tentunya jauh lebih seru dari sekedar nge-post foto atau video anak di Instagram.
Mumpung lagi rajin ngeblog, 'insting keibuan' saya langsung mencuat waktu tau ada lomba ini. Pasalnya temanya itu ngepas banget buat ngeluarin uneg-uneg sebagai calon ibu: "Peran Ibu untuk si Pemimpin Kecil".
Tiap ibu merupakan tempat pendidikan pertama buat anak-anaknya. Sebagai perempuan yang bakal jadi seorang ibu, saya mesti tau seperti apa persisnya peran seorang ibu agar anaknya jadi pemimpin suatu saat. Alhasil, setahun terakhir saya doyan banget blogwalking atau ngikutin akun-akun parenting (terutama ibu) agar bisa diterapin waktu saya sudah jadi orang tua. Memang sih, belum ngerasain hamil dan ngurus anak, tapi itung-itung ngumpulin bekal kenapa nggak? Apalagi, masa-masa awal pertumbuhan anak harus jadi fokus utama orang tua supaya bisa hadir buat mereka secara fisik, mental dan spiritual dengan membimbing mereka sedini mungkin.
Bagi saya, ibu adalah first lady tiap anak laki-laki dan role model buat anak perempuannya. Ikatan mereka udah terbentuk dari dalam kandungan, makanya peran ibu buat keberhasilan si anak itu besar melalui bimbingannya. That's why, saya kasih judul "Guiding Mothers, Leading Children".
Bimbingan nggak akan berlangsung tanpa adanya komunikasi. Makanya, sejak di dalam kandungan si jabang bayi akan sering-sering diajak ngobrol, atau sekedar ngebacain ayat-ayat suci dan ngelus-ngelus perut supaya ikatan ibu dan anak makin erat sebelum lahir. Selain itu, selama masa kehamilan ibunya gak boleh terus-terusan gegoleran di rumah dong ya, harus tetep sibuk selama nggak ngeganggu kehamilan dan selalu dikasih asupan makanan yang bagus untuk pertumbuhan si janin sampai melahirkan.
Saya selalu percaya kreativitas dapat menjadikan seseorang pemimpin, makanya jika nanti "versi mini" saya sudah lahir kreativitasnya akan saya asah sedini mungkin. Misalnya, setiap malam sebelum tidur saya bacain buku cerita, tapi dia boleh ngembangin ceritanya setelah beberapa kali. Contohnya gini: saya nyeritain Timun Mas, lalu waktu Timun Mas dikejar-kejar Buto Ijo anak saya ngembangin lagi dengan munculnya Autobots atau Storm Trooper, hehe. Selain tambah seru dan bisa sekalian bonding, kreativitas si anak akan terbangun. Kalau misalnya anak sudah agak lebih besar, sesekali saya kasih alternatif konflik biar dia terangsang nyari solusi dengan versinya sendiri. Percaya atau nggak, itu bisa memperluas imajinasinya dan bikin dia makin kreatif sehingga leadership nya terasah sejak usia dini.
Supaya leadership nya makin terasah, anak-anak bakal saya ikutin kursus yang sesuai dengan passion mereka dan memungkinkan mereka untuk berinteraksi sama banyak orang, supaya kemampuan sosialnya juga terbangun dari kecil dan nggak malu-malu kalo ketemu sama orang baru berhubung pemimpin juga mesti pede jaya kalo ketemu orang banyak.
Biar anak terbiasa disiplin, saya bimbing dia untuk biasa bangun pagi dan membuat jadwal kegiatan, misalnya jam sekian belajar, jam sekian mandi, jam sekian main komputer..dan sebagainya. Pemimpin harus anti sama yang namanya ngaret dan menunda waktu!
Di rumah, sebagai ibu bapaknya saya dan *uhuk* suami harus suportif dan siap mendengar apapun cerita mereka, tapi harus tetap ngebimbing si anak agar punya etika yang baik di depan umum, baik secara langsung maupun gak langsung. Soal konsumsi media dan nyalurin bakat anak, saya dan suami akan super selektif. Kontes bakat yang cenderung mengeksploitasi anak, bacaan dewasa dan lagu-lagu yang belum pantes didenger anak-anak bakal out dari daftar tontonan mereka. Kalo perlu kita dampingi mereka supaya tetep 'melek media' tanpa harus terjerumus.
Kalau mau rekreasi atau memilih sekolah, dia akan kami mintai pendapat dan menghargai keputusannya, sekalipun pada akhirnya kemauannya tidak terwujud. Karena meskipun tugas saya (dan suami) membimbingnya, dia yang paling tahu apa yang terbaik untuknya. Hal ini sekaligus mengajarkan dia untuk menghargai pendapat orang lain. Kalau rasa penasarannya lagi tinggi-tingginya, kasih penjelasan yang bisa dia terima. Jika dia lagi butuh saya atau bapaknya, sebisa mungkin saya dan suami akan selalu ada buat dia.
But last but not least, ketika si anak berhasil mencapai sesuatu, saya kasih reward, sekecil apapun pencapaiannya. Dengan begitu, dia akan merasa termotivasi, dihargai, dan dicintai, karena nggak ada yang bisa mengalahkan cinta orang tua--dalam konteks tulisan ini, ibu.
Soal membimbing anak, tiap ibu punya "teori"-nya masing-masing untuk memaksimalkan perannya demi masa depan sang anak sebagai pemimpin. Inilah versi saya :)
Semoga suatu hari kelak anak-anak saya bisa membaca tulisan ini, sebagai sepercik wujud cinta dari calon ibu mereka.
Regards, Ratri.
P.S.: untuk calon ayahnya anak-anak, boleh banget dibaca biar tau kemauan calon ibunya soal parenting :)
seuju bangeet kalau peran ibu sangaat besar bagi pembentukan jiwa kepemimpinan anak..
BalasHapustapi kalau yang ikutan nulis calon bapak boleh gak nih,hehe :p
salam Epicentrum
amiiin, semoga tercapai impian jadi mahmud ya ^^
BalasHapus*oya, saya lagi cari guest blogger utk #MenulisMuharram.
Lihat disini deh: http://bit.ly/HlVEya, thankyou ^^