Di dalam alam
bawah sadarnya, dia mengingat.

Seketika,
gambaran mengenai pohon sakura tadi menghantuinya,bahkan ketika tiga orang
prajurit menggotongnya ke tenda. Mendadak, sang samurai muda ingin kembali ke
desa tempat ia lahir dan tumbuh dewasa. Melalui surat, dia memohon izin pada
Yoritomo untuk pulang ke desa guna memulihkan diri setelah pertempuran berakhir.
Indahnya pohon
sakura itu membawanya pulang, menariknya kembali pada kenangan tentang
kampung halaman dan kisah
cintanya. Dengan langkah tertatih dan pandangan mata yang kian kabur ingatannya
semakin jelas. Dia ingat betapa sering ia bermain lumpur ketika menemani ayah
dan ibunya di sawah, kadang ikut menanam padi di sana. Terkenang masa-masa
menyenangkan bersama kawan-kawannya, bagaimana mereka tumbuh bersama dan
menyaksikan kedewasaan mereka dari waktu ke waktu, termasuk kisah asmaranya
dengan Ohatsu, si kembang desa.
Ah..Ohatsu.
Kenangan bersamanya memang paling singkat, namun meninggalkan jejak terdalam di
benaknya. Teman masa kecil yang merenggut keperjakaannya saat festival gunung tujuh
tahun silam, sebagai puncak atas luapan perasaan yang dipendamnya selama tiga
tahun ketika keduanya masih remaja. Tergambar jelas dalam imajinya saat Ohatsu
tiba-tiba menarik tangannya ketika sedang menari mengitari api unggun. Dia
tidak mabuk, namun ia tersenyum kenes di depan matanya.
“Koichi, ayo
ikut!” seru Ohatsu girang sambil menarik tangan kasar Koichi, yang hanya
bengong menatapnya. Dia tak menyangka gadis secantik Ohatsu akan menggandeng tangannya disertai tatapan
penuh cinta.
“Kita mau ke
mana?” Koichi kebingungan, namun tetap terpesona oleh senyum Ohatsu kala
terpancar dari cahaya api. Tanpa berkata-kata, Ohatsu menarik Koichi menjauh
dari kerumunan, tepat saat bunyi genderang semakin keras dan orang-orang semakin larut dalam suasana
festival.
Lelah berlari
cukup jauh, akhirnya mereka sampai di balik pohon sakura yang belum berbunga.
Keduanya bersitatap dengan nafas terengah-engah, kemudian derai tawa merdu
Ohatsu membahana di telinganya. Walau hanya sedikit terkena cahaya api unggun,
Ohatsu kelihatan cantik sekali,lebih dari yang biasa dilihatnya.
“Kenapa kau
tertawa, Ohatsu?” Koichi bertanya tanpa sekalipun mengedip.
“Kau lucu,
Koichi,hihi! Tampangmu seperti orang bodoh..”Ohatsu terkikik, seperti orang
mabuk.
Tak lama
kemudian, Ohatsu berhenti tertawa. Hanya seraut wajah jelita beralis pedang
yang menaungi sepasang mata berlian, hidung mancung dan seuntai senyum dari
bibir seranum buah persik tengah memandang Koichi, seolah sedang melihat
keindahan bulan kala purnama. Kemudian tangannya meraih wajah Koichi,
membelainya dengan penuh kasih. Sepanjang tujuh belas tahun hidupnya, tak
pernah Koichi merasakan sentuhan selembut itu selain dari sang ibu.
“Tidak. Kau tak
seperti orang bodoh, Koichi. Kau tampan.”bisik Ohatsu.
“Lalu kenapa
kalau aku tampan?”tanya Koichi, masih tak percaya akan getaran hebat yang
terjadi dalam dirinya kini.
“Aku ingin
memilikimu, Koichi. Sebelum aku dinikahi bangsawan itu.” suara Ohatsu terdengar
lirih sekaligus tajam dalam bisikan. Belum lama ini memang terdengar kabar
bahwa Ohatsu akan dipinang seorang bangsawan Edo, namu Koichi tidak terlalu
mempedulikannya. Belum sempat Koichi berkata-kata, Ohatsu mencium bibirnya,
lalu melumatnya. Jantung keduanya berdetak lebih kencang, entah sadar maupun
tidak mereka menelusuri setiap lekuk tubuh, melucuti pakaian masing-masing dan
meleburkan raga dan jiwa di sana dalam remang-remang cahaya. Sejenak, mereka
lupa bahwa dunia bukan milik berdua, setidaknya hingga fajar menyingsing.
Sejak kejadian
malam itu, keduanya tak pernah bertegur sapa, apalagi bicara. Teman sepermainan
mereka berdua jadi curiga, ditambah lagi rumor mengenai kejadian malam itu
mulai merebak ke seluruh desa. Hampir setiap hari warga desa menanyainya atau
Ohatsu tentang malam itu. Muak, Koichi memutuskan untuk meninggalkan desa pada
akhir musim semi, sementara Ohatsu tiba-tiba menghilang. Sialnya, sekeras
apapun ia mencoba melupakannya, kejadian itu terus terbayang hingga kini,kala
namanya bukan lagi Koichi.
waaaaaaaaaah :o akankah Koichi dan Ohatsu ketemu lagi? penasaran
BalasHapusItu si Ohatsu er~ hahahaha