Puteri sang Matahari

Hamparan langit jingga keunguan bersalut emas adalah pemandangan pertamanya ketika membuka mata. Sejenak ia terpana oleh damainya senja yang sudah lama tak dia nikmati sejak kepergiannya dari rumah. Semilir angin membawa wangi bunga ceri ke arahnya,berbisik bak nyanyian tidur yang dahulu disenandungkan sang ibu.
"Sudah matikah aku?"batinnya bersuara. Matanya memandang ke seluruh penjuru langit yang bisa ditatapnya,mencari jawaban tanpa menemukannya. Ia berharap dirinya sudah mati, sehingga tak perlu lagi terjebak dalam kebodohannya seperti sekarang. Namun jika ia mati kenapa tubuhnya masih utuh? Apakah ia sudah lahir kembali?

Lelah bertanya-tanya, iapun meraba nadi dengan tangan kirinya:masih hidup. Ia sepenuhnya sadar masih berada di tempat manakala manusia lebih beringas dari hewan buas, karenanya kini manusia berserakan di atas tanah. Maka ia memutuskan untuk bangun, dan matanya membelalak lebar melihat berbagai kengerian di depan matanya: potongan tubuh, usus terburai dan kepala terpancang di atas pedang di mana-mana membuat gadis 15 tahun itu terguncang hebat. Sejujurnya ia tak kuat melihat semua itu, tetapi sebagai putri dari Munemasa Kasunoge, ia harus bangun, kemudian pergi secepatnya dari kuburan massal itu.
Namun ternyata keluar dari sana lebih sulit dari yang dibayangkan. Pasukan musuh masih berkeliaran untuk memenggal kepala pasukan yang mati lalu membawanya ke kastil Lord Kitamura. Tak kuat menyaksikan, gadis itu memandang matahari agung yang hendak berpulang ke barat diiringi awan dan angin;persis iring-iringan Kaisar yang pernah dilihatnya beberapa waktu lalu di jalan raya Kyoto. Kemudian ia teringat perkataan sang ayah; Jika kau gundah,tataplah matahari: anggap aku berada di sana.
"Apa yang harus kulakukan,Ayah?"batinnya berteriak pada matahari saat keduanya bersitatap tajam menembus atmosfer bumi. Seakan memahami apa yang dirasakan gadis itu di bawah sana, si empu cahaya memancarkan sinarnya sejenak, namun kemudian meredup ketika berada di ufuk barat, seolah meminta maaf tak bisa memberi jawaban padanya. Ia tahu, Munemasa pasti murka mengetahui putri tunggal dan satu-satunya keluarga memutuskan lari dari rumah dan terjun ke medan perang tanpa persiapan matang.
Maka dengan penuh kekecewaan, disinilah ia: gadis bernama Ruriko Kasunoge  cepat-cepat berlari ke hutan sendirian, di tengah kekalutan akan keputusan yang harus diambilnya: pulang,atau bunuh diri demi kehormatan ayah tercintanya.

3 komentar:

Komentar boleh, nyampah gak jelas jangan ya :D