Sebelum beranjak ke topik utama, coba renungin bentar aja. Misalnya kamu mau beli satu barang yang dibutuhkan (bukan asal kepingin),selalu ada dua pilihan: asli, awet tapi mahal atau KW,murah tapi nggak tahan lama? Kebanyakan dari kamu bakal milih yang kedua dengan alasan bargaining jangka pendek. Tapi apa jadinya kalau pilihan asli-palsu bukan barang,melainkan orang?
Kalau ngeliat kondisi di sekeliling kita, pernah nggak ngerasa bahwa orang yang bener-bener 'asli' alias tulus sama kita bisa dihitung jari? Okelah kita kenal dan berhubungan baik dengan banyak orang, tapi nggak jarang hubungan itu ada 'cacat'nya yang menjadi cikal bakal kepalsuan. Dan penyakit palsu ini nih yang seharusnya dihindari malah makin meradang, padahal dalam setiap hubungan dengan orang lain kita mengharapkan 'keasliannya'. Apalagi sekarang entah kenapa mayoritas lebih suka menahan uneg-uneg sehingga kita jadi banyak berprasangka karena ragu-ragu orang tersebut tulus sama kita atau sebaliknya. Padahal saling jujur jauh lebih baik daripada 'main belakang' yang justru makin meranjau. Cara "andalan" yang lahir dari si palsu kayak gini justru berbahaya,jangan harap endingnya bakal damai.
Jadi, kembali lagi ke kasus barang tadi,pilihan ada di tanganmu.Originality is rare,and costs much more than you thought.
Regards, Ratri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar boleh, nyampah gak jelas jangan ya :D