GKJ, 13 tahun silam.
Masih inget, waktu umur gue 6 tahun ada pementasan "Bayi di Aliran Sungai", dan gue menontonnya bareng ayah dan ibu. Entah bagaimana, meskipun gue nggak ngerti jalan ceritanya ada satu bagian cerita yang cukup menggelitik rasa penasaran: Dewi Kunthi (tokoh utama lakon itu) melahirkan bayinya lewat kuping, bukannya perut. Geli sih emang, tapi namanya juga cerita wayang, everything is possible lah. Dan rasa penasaran itulah yang mempertemukan gue dengan salah seorang sutradara teater/penyair/seniman yang bernama Ags. Arya Dipayana yang akrab dipanggil Mas Adji--dalam kasus gue, Pakde Adji.
![]() |
unforgettable moment @GKJ :') |
Pakde Adji hanya ketawa mendengarnya, tapi walau gue nggak pernah kebagian peran sebagai Kunthi kecil di atas panggung sampe segede gini kadang Pakde Adji manggil gue dengan julukan "Kunthi kecil" kalo ketemu di Bulungan, dan berbalas senyuman karena langsung teringat momen itu.
Hampir tengah malam di hari ulang tahun gue, tiba-tiba ibu bangunin dan ngasih tahu gue bahwa sang penyair yang memanggil gue "Kunthi Kecil" itu sudah pulang ke pangkuan-Nya..
Walaupun sudah pasrah dan ikhlas--tapi masih nggak percaya, gue ngerasa sangat kehilangan sosok Pakde Adji. Sudah nggak kehitung momen yang kami jalanin bareng-bareng, terutama yang di GKJ dulu, waktu gue masih bocah banci tampil.
Selamat jalan, Pakde Adji. The nickname you gave always be my precious treasure :D
Regards, Ratri
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar boleh, nyampah gak jelas jangan ya :D